Jumat, 25 Juni 2010

Tsunami Aceh

Di akhir tahun 2004, kota seambi mekah dirundung duka yang amat mendalam. Tsunami besar telah menghempaskan seluruh pesisir aceh. Ratusan ribu manusia menjadi korban atas keganasan alam ini, kerugian materil pun tak terhitung jumlahnya.

Melihat peristiwa yang memilukan itu, hati merasa terpanggil untuk membantu meringankan penderitaan mereka, hal sekecil apapun yang bisa saya lakukan untuk mereka pasti akan saya lakukan. Akhirnya kesempatan untuk menjadi volunteer terbuka lebar, seorang teman baik saya yang aktif di NGO Humanity First menawarkan saya untuk menjadi relawan kemanusiaan di sana. Tanpa pikir panjang saya mengambil kesempatan ini. Dan akhirnya tak lama setelah itu saya berangkat ke Aceh menyusul rombongan relawan yang sudah terlebih dahulu tiba disana.

Sebelum menuju Aceh, kelompok relawan yang satu tim dengan saya terlebih dahulu transit di Medan. Di kota ini aktifitas kami adalah mengawasi pengiriman barang bantuan dari luar negeri yang datang melalui pelabuhan belawan. Tak kurang 14 peti kemas barang bantuan yang datang dari UK (United Kingdom/Inggris) akan bongkar muat di pelabuhan ini. Tenda, makanan, pakaian, alat masak dan barang-barang lainnya kami sortir dengan teliti guna di pindahkan ke sebuah truk besar guna di kirim ke Aceh.
Setelah proses bongkar muat selesai, rombongan pun mengawal bantuan yang akan didistribusikan ke Aceh tiap 2 orang relawan mendampingi satu truk. Selama dalam perjalanan kami di kawal oleh 3 truk tentara bersenjata lengkap. Maklumlah kota yang akan kami masuki waktu itu masih terjadi konflik bersenjata antara  GAM dan Pemerintah. Sebanyak 24 truk bantuan berjalan beriringan (kovoi) sehingga waktu yang di tempuh cukup lama. Yakni kami tiba di Aceh sekitar 12 jam perjalanan lamanya.

Selama dalam perjalanan, kami menyaksikan betapa dahsyatnya kerusakan-kerusakan yang di timbulkan oleh tsunami. Hampir seluruh bangunan dan rumah penduduk di kawasan pesisir rata dengan tanah.

Ini adalah pengalam saya yang pertama kali dalam misi kemanusiaan dan sekaligus pengalam saya yang pertama menginjakan kaki di bumi Sumatera. Kesempatan ini saya gunakan untuk lebih mengenal karakteristik dan kultur masyarakat setempat. Masyarakat Aceh tekenal dengan nilai-nilai religinya yang sangat kuat. Oleh karena itu Aceh sering di sebut juga dengan serambi mekah.  

Setelah kurang lebih satu bulan kami berada disana, kami kembali ke Jakarta dengan membawa pengalaman baru dan kenangan yang mengesankan. Bangkitlah Aceh ku, ini adalah pelajaran berharga bagimu. Hikmah yang besar akan terungkap esok hari.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar