Sabtu, 31 Juli 2010

Gempa Padang

Awal Oktober 2009,  bersama NGO Humanity First, saya turut berpartisipasi dalam misi kemanusiaan dalam membantu meringankan korban gempa bumi. Kota Pariaman adalah salah satu lokasi yang saya kunjungi. Jenis bantuan yang kami berikan berupa makanan siap saji untuk masyarakat disana dengan cara mendirikan posko dapur umum.



Ini adalah pertama kali saya menginjakan kaki di Padang. Hari pertama kami tiba disana, langsung disuguhkan oleh pemandangan yang sangat miris dan menyayat hati. Betapa tidak, Padang  yang dalam benak saya adalah sebuah kota yang sangat eksotik, namun karena keganasan alam menjadi porak poranda dan meninggalkan pilu pada masyarakatnya.


Banyak gedung pemerintahan dan swasta yang rata dengan tanah, juga terdapat korban tewas yang hampir mencapai angka 1000, sedangkan tempat tinggal yang rusak sudah tak terhitung jumlahnya. Hal ini mengingatkan saya ketika tsunami di aceh 5 tahun yang lalu. Negeri Siti Nurbaya ini sedang dilanda duka yang mendalam.

Dalam setiap daerah bencana yang saya kunjungi memberikan tantangan tersendiri, baik medannya (lokasi bencana) maunpun aspek social-psikologis masyarakatnya.

Ranah minang terkenal dengan tradisi Melayu-Islam yang bercorak Matriartkhi (garis keibuan). Masyarakatnya sangat menjunjung tinggi adat istiadat nenek moyangnya. Sehingga kami sebagai pendatang yang ingin memberikan bantuan pun harus bisa beradaptasi dengan masyarakat local. Salah-salah kedatangan kami tidak berkenan dihati mereka.

Harap-harap cemas pun sempat melanda benak kami ketika waktu pertama kalinya posko dapur umum didirikan di kota Pariaman. Namun, setelah satu hari kami berada disana keadaan mulai mencair dan hubungan emosional dengan penduduk sekitar mulai terbangun. Bahkan ada selompok ibu-ibu disana yang terut membantu memasak di dapur umum yang kami dirikan.

Selama sekitar 2 minggu lamanya kami menjadi volunteer disana, banyak pelajaran hidup yang bisa kami petik. Terutama masalah kearifan local yang menyangkut aspek social-budaya dan religi serta mitos-mitos dan legenda masyarakat minang yang sangat mahsyur di bumi nusantara. Malinkundang dan Siti Nurbaya adalah salah satu contohnya.

Setelah misi kami selesai, kami memanfaatkan waktu luang untuk menikmati keindahan kota Padang dan sekitarnya yang tidak mengalami kerusakan seperti, jembatan siti nurbaya, jam gadang, danau singkarak, pantai pariaman, lubang jepang, ngarai sihanuk dll (sekalian lewat.. mumpung ada di padang).

Bagiku padang memberikan kenangan tersendiri, keramah-tamahan penduduknya memberikan pelajaran hidup dan keindahan alamnya menyejukan jiwa sanubariku. Selamat tinggal Padang, dan yakinlah habis gelap pasti akan terbit cahaya yang terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar