Ketika teman-teman ku merayakan malam
tahun baru 2012 ditempat-tempat hiburan seperti monas, ancol dan tempat-tempat
meriah lainnya. Aku malah merayakan tahun baru dengan mendaki Gunung Ciremai
bersama seorang temanku yang bernama Kiki.
Saya rasa mendaki gunung dimalam
tahun baru adalah kegiatan yang tidak lazim (hanya kalangan tertentu). Soalnya
gunung sangat jauh dari keramaian dan hingar bingar euforia tahun baruan.
Ketika kebanyakan orang sedang berpesta kembang api, saya beserta teman saya malah membelah kesunyian hutan dalam melintasi track-track jalan setapak menuju puncak gunung ciremai.
Ketika kebanyakan orang sedang berpesta kembang api, saya beserta teman saya malah membelah kesunyian hutan dalam melintasi track-track jalan setapak menuju puncak gunung ciremai.
Sebelum mendaki gunung ciremai kami
transit satu malam diperkampungan ahmadiyah didesa manislor untuk beristirahat
dan “aklimatisasi” kebetulan ditempat ini saya banyak dikenali, walaupun saya
terkadang tidak begitu mengenal mereka hehee.. (sok artis).
Barulah pada pagi hari keesokan harinya kami bergegas menuju gunug ciremai melalui pintu masuk linggar jati (pos pendaftaran). Tapi sebelum berangkat kami diberi ransum/logistic untuk perbekalan diperjalanan. Itulah manfaatnya banyak dikenal orang hehe.. *modus*
Gunung yang memiliki ketinggian 3.078
m di atas permukaan laut ini memang memiliki pesona pemandangan yang luar
biasa. Namun perjalanan menuju puncaknya membutuhkan perjuangan yang sangat
berat.
Bayangkan saja, kami mendaki dari jam 10 pagi baru tiba dipuncaknya jam 11 siang keesokan harinya. Karena medan yang sangat berat kami terpaksa mendirikan tenda di tengah hutan.
Bayangkan saja, kami mendaki dari jam 10 pagi baru tiba dipuncaknya jam 11 siang keesokan harinya. Karena medan yang sangat berat kami terpaksa mendirikan tenda di tengah hutan.
Dari 3 pos pintu masuk pendakian
kami mengambil jalur linggar jati yang dikenal sangat extreme tracknya. Jadi ini
adalah resiko jika kami mengalami “kesengsaraan-kesengsaraan”. Tantangan bukan
hanya dari tracknya saja yang extreme, tapi juga cuaca yang kurang bersahabat. Kamipun
dalam perjalanan dihadang badai dan kabut yang sangat tebal sehingga jarak
pandang hanya 10 meter saja oleh karena itulah kami putuskan untuk mendirikan
tenda di tengah hutan.
Namun demikian, segala aral dan
rintangan tersebut tak menyurutkan hati dan semangat kami untuk menaklukan
puncak gunung ciremai. Selangkah demi selangkah akhirnya langkah kaki kami
sampai juga dipuncak gunung tertinggi dijawa barat itu. Setibanya dipuncak kami
bersujud syukur, karena sudah berhasil mencapai puncak dengan selamat.
Dari puncak, kami bisa melihat
kawah gunung yang masih aktif serta pemandangan-pemandangan alam yang eksotik. Dari
atas puncak juga terlihat kota-kota dan lautan yang luas dipesisir kota Cirebon.
Kami merasakan sedang berada dinegeri diatas awan dan seraya berteriak “akulah
orang tertinggi dijawa barat saat ini”.
Akhirnya setelah puas menikmati
pemandangan dan narsis-narsisan di puncak gunung, maka kami putuskan untuk
turun gunung. Dan Alhamdulilahnya setibanya dikaki gunung kami sudah dijemput
oleh teman dari manislor yang memaksa kami untuk beristirahat didesanya. Jelas saja
saya tidak menolaknya hahaa..*modus lagi*.
Teman manislorku itu adalah Kang
Toto Juanda yang kebetulan juga anak pencinta alam “Jaga Buana” komunitas
Pencinta Alam Pemuda Ahmadiyah Desa Manislor. Dimanislor kami disservice lagi
oleh teman-teman disana. Sudah tidur dikasur empuk, dapat makan gratis lagi
hahaha..
Akhirnya setelah bermalam keesokan
harinya kami kembali ke Jakarta tentunya dengan membawa pengalaman-pengalaman
seru yang mungkin gak akan pernah kami lupakan. Selamat tinggal Ciremai,
selamat tinggal Manislor…suatu saat aku akan kembali lagi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar